Beranda Kutai Timur Batik Khas Kutim “Majestic Wakaroros” Tampil di Panggung Indonesia Fashion Week 2025

Batik Khas Kutim “Majestic Wakaroros” Tampil di Panggung Indonesia Fashion Week 2025

368 views
0

Batik khas Kutim saat ditampilkan di panggung Indonesia Fashion Week 2025. Foto : Nasruddin dan Zaki/Pro Kutim

JAKARTA – Batik Kutai Timur (Kutim) kembali menembus ajang bergengsi nasional. Motif Dayak Basap dari Karst Sangkulirang menari di atas catwalk Indonesia Fashion Week (IFW) 2025. Sebuah motif purba dari tebing cadas Kutim, Kalimantan Timur (Kaltim) tampil dalam balutan busana modern di panggung mode paling bergengsi di Indonesia. Batik bermotif Wakaroros, khas Kutim diperkenalkan kepada publik nasional dan internasional lewat IFW 2025 di Jakarta, Jumat (30/5/2025) sore.

Momentum ini menjadi tonggak penting bagi upaya pelestarian budaya lokal Kutim sekaligus ekspansi kreatif batik daerah. Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kutim, di bawah kepemimpinan Siti Robiah, menggandeng desainer lokal Nora Suratman memboyong koleksi terbaik ke ibu kota. Tema yang diusung adalah “Majestic Wakaroros”.

“Ini bukan hanya soal fashion. Ini soal membawa warisan budaya Kutim ke panggung nasional, agar dunia tahu bahwa kita punya cerita, punya identitas, punya karya,” ujar Siti Robiah kepada Pro Kutim.

Motif Wakaroros bukan sekadar corak estetis. Ia adalah narasi visual masyarakat Dayak Basap, suku adat yang hidup berdampingan dengan rimba Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Motif ini mulanya ditemukan dalam bentuk ukiran di dinding gua oleh tim peneliti prasejarah pada 2006, dan mulai dikembangkan sebagai motif batik sejak 2010.

Wakaroros mencerminkan pola hidup masyarakat adat yang tertib, seimbang, dan selaras dengan alam. Berbeda dari motif Dayak lainnya yang dinamis, Wakaroros tampil dengan harmoni dan ketenangan. Inilah yang membuatnya menonjol di antara motif-motif tradisional Nusantara.

“Wakaroros adalah warisan visual yang menyimpan filosofi kehidupan masyarakat adat Kutim. Ini bukan hanya kain, ini identitas,” ujar Siti Robiah dan dibenarkan Nora Suratman, desainer yang merancang langsung koleksi batik untuk IFW 2025.

Selain Wakaroros, Kutim juga memiliki sejumlah motif batik khas lain yang sudah mengantongi hak cipta. Seperti Akar Paku Bolo karya Risno, Kelubut karya Juwita, Daun Singkong karya M Ali, Telapak Tangan Karst karya Masniar, dan Arit Lepo karya Ises Krismananta. Namun, tahun ini, Wakaroros lah yang dipercaya menjadi ikon utama Kutim di panggung nasional.

Dengan partisipasi dalam IFW, Dekranasda Kutim menargetkan lebih dari sekadar eksistensi. Mereka ingin membuka jalan bagi kerja sama industri kreatif, memperluas jaringan pemasaran, hingga memperkuat posisi batik Kutim dalam peta fesyen nasional.

“IFWadalah etalase besar. Kami ingin batik Kutim tidak hanya dikenal di Kalimantan, tetapi juga menjadi bagian dari wacana budaya nasional,” pungkas Siti Robiah.

IFW 2025 menjadi saksi bagaimana warisan budaya lokal Kutim melangkah anggun dalam busana, menembus batas wilayah, dan berbicara kepada dunia lewat motif yang telah berdiam ribuan tahun di tebing cadas Kalimantan.(kopi14/kopi13)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini