SANGATTA – Hari itu, Rabu 2 April 2025, suasana Desa Teluk Kaba, Kecamatan Sangatta Selatan Selatan, terasa berbeda dari biasanya. Udara pagi yang hangat seolah menyambut antusiasme ratusan warga yang datang berduyun-duyun menuju kediaman Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) H Mahyunadi. Tak sekadar open house Idulfitri 1446 Hijriah, acara ini menjadi momentum silaturahmi yang meretas batas formalitas antara pemimpin dan rakyatnya.
Sejak pukul 09.00 WITA, arus kendaraan roda dua dan empat mulai memadati area sekitar rumah sang Wabup. Termasuk warga sekitar yang datang dengan berjalan kaki. Kendaraan tertata rapi, barisan kendaraan itu mencerminkan semangat warga untuk hadir, bukan hanya untuk menikmati hidangan, tapi juga untuk merayakan hari kemenangan bersama pemimpin yang mereka anggap bagian dari keluarga sendiri.
Mahyunadi, didampingi istri tercinta Hj Masriana dan sang ibunda Hj Mardiah, berdiri di halaman rumah menyambut tamu satu per satu. Dengan senyum ramah dan sapaan hangat, suasana menjadi cair dan penuh keakraban. Rumah yang sederhana itu menjadi saksi bisu betapa kekuasaan tidak memisahkan, justru mempersatukan.
Tenda besar berwarna putih dan ratusan kursi plastik biru telah disiapkan untuk menjamu tamu. Hidangan prasmanan tersaji lengkap, dari nasi kebuli hingga kue-kue khas Lebaran. Alunan musik elektone yang mengalun pelan mengiringi gelak tawa warga yang saling bercengkerama. Beberapa petugas dari Satpol PP dan Dinas Perhubungan tampak sigap mengatur lalu lintas, menjaga agar acara berjalan lancar dan tertib hingga menjelang Salat Ashar pukul 15.30 WITA.
Dalam kesempatan itu, Mahyunadi menyampaikan pesan sederhana namun sarat makna. Baginya, open house ini bukan semata seremoni, tetapi ungkapan rasa syukur dan bentuk cintanya kepada kampung halaman.
“Saya ini orang Teluk Kaba, tinggal di sini dan menjadi bagian dari masyarakat di sini. Karena saat bulan puasa banyak kegiatan tarawih dan tidak sempat mengadakan buka puasa bersama, maka setelah Idulfitri ini kita manfaatkan untuk bersilaturahmi dan berbagi kebahagiaan,” ujar Mahyunadi.
Lebih jauh, ia menegaskan komitmennya untuk tetap membela dan membangun Teluk Kaba, tempat yang ia sebut sebagai rumah sejatinya. Ucapan penuh rasa memiliki itu pun meluncur dari bibirnya tanpa ragu.

“Saya tidak akan meninggalkan Teluk Kaba. Ini kampung saya, tempat saya diterima dengan lapang dada oleh warga. Kalau Pak Soeharto punya Cendana, Pak SBY punya Cikeas, dan Pak Jokowi punya Solo, maka saya punya Teluk Kaba,” katanya disambut tepuk tangan warga.
Tak sekadar merayakan Lebaran, open house ini pun menjadi ajang diskusi ringan seputar kebutuhan pembangunan di desa, dari persoalan jalan lingkungan hingga fasilitas umum. Suasana informal dimanfaatkan warga untuk menyampaikan harapan-harapan mereka secara langsung. Tak ada jarak, tak ada sekat.
Kepala Desa Teluk Singkama Asbar, yang hadir dalam acara itu, turut mengungkapkan rasa bangga desanya memiliki seorang pemimpin yang membumi.
“Sejak awal beliau datang ke sini, ikut berkebun dan beternak bersama kami. Warga sangat bangga memiliki pemimpin yang dekat dengan masyarakat dan tidak melupakan asal-usulnya,” tutur Asbar, mengenang awal kedekatan Mahyunadi dengan masyarakat desa.
Kebersahajaan Mahyunadi memang telah lama dikenal masyarakat Teluk Kaba. Dalam banyak kesempatan, ia kerap terlibat langsung dalam kegiatan warga, baik di ladang, masjid, maupun forum-forum desa. Tak heran bila warga menyambutnya bukan sebagai pejabat, tetapi sebagai tetangga yang peduli.
Hari itu, Teluk Kaba bukan sekadar desa di pinggir Sangatta Selatan. Ia menjelma menjadi ruang silaturahmi, tempat di mana kekuasaan dan rakyat saling merayakan kebersamaan. Tak ada protokoler yang kaku. Yang ada hanya tawa, jabat tangan hangat, dan janji-janji yang tak sekadar diucapkan, tapi dihidupi. Sebab bagi Mahyunadi, Teluk Kaba bukan sekadar titik koordinat, namin ia adalah akar, ia adalah rumah. Dan di rumah, siapa pun akan selalu pulang. (*/kopi3)