Suasana Open House Idulfitri Ardiansyah Sulaiman. Foto: istimewa
SANGATTA – Pagi itu, rumah dinas Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman, diwarnai hiruk pikuk yang tak biasa. Ribuan warga dari berbagai penjuru Kutim datang silih berganti. Bukan karena agenda pemerintahan atau aksi demonstrasi, melainkan dalam suasana hangat Hari Raya Idulfitri. Momen silaturahmi antara pemimpin daerah dan warganya ini menjadi panggung kecil yang mencerminkan kedekatan, kepercayaan, dan harapan.
Sejak pagi, arus kedatangan warga mengalir deras. Mereka tak datang berombongan dengan spanduk atau poster politik, melainkan membawa keluarga, senyum tulus, dan tangan terbuka untuk bersalaman. Bagi sebagian warga, ini adalah kali pertama mereka bisa menatap langsung pemimpinnya di luar ruang formal dan tanpa sekat.

Hari kedua Idulfitri ini menjadi ajang balasan salam yang tertunda. Banyak dari mereka yang tak sempat hadir pada hari pertama, memilih untuk datang di hari kedua.
Ardiansyah, yang mengenakan baju koko abu-abu lengkap dengan celana dan peci hitam, menyambut satu per satu tamunya dengan senyum yang nyaris tak putus.
“Ini luar biasa, masyarakat sangat antusias. Banyak yang kemarin belum sempat datang, hari ini bisa bertemu langsung dengan Bupati,” ujar Agusriansyah Ridwan, Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang merupakan kolega Bupati dari Partai Keadilan Sejahtera, Kamis (3/4/2025).

Agusriansyah bukan sekadar tamu. Ia adalah saksi bagaimana agenda sederhana ini menjadi ruang temu yang bermakna antara pemimpin dan rakyat. Ia menyebut, undangan dalam open house ini terbagi menjadi dua kategori. Yakni masyarakat umum serta tim pemenangan, relawan, dan saksi pemilu dari berbagai kecamatan. Namun, tak ada sekat yang membedakan perlakuan. Semakin hangat karena para tokoh masyarakat, pemuda hingga alim ulama juga hadir. Begitu pun tokoh muda Kutim yang kini menjadi tokoh nasional H Irwan.
Dari pengamatan di lapangan, lebih dari 300 relawan dari Sangatta Utara dan Teluk Pandan turut hadir. Warga lainnya datang dari Bengalon, Rantau Pulung, hingga daerah pesisir seperti Sangkulirang dan Sandaran. Diperkirakan total pengunjung hari itu mencapai 5.000 orang. Angka yang tidak kecil jika dibandingkan kapasitas rumah jabatan.

Open house ini lebih dari sekadar jamuan lebaran. Ia berubah menjadi panggung sosial di mana pemimpin tidak berdiri di atas, tapi hadir di tengah. Di antara tenda-tenda yang dipasang di halaman, hidangan khas Idulfitri seperti ketupat, opor ayam, dan sambal goreng ati disuguhkan tanpa pilih kasih. Tak ada karpet merah, tak ada protokol yang membatasi. Hanya percakapan-percakapan hangat dan tawa lepas warga.
“Antusiasme ini menunjukkan besarnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Bupati. Semoga silaturahmi ini terus terjalin demi kemajuan Kutai Timur,” harap Agusriansyah.
Ardiansyah sendiri tak banyak berbicara di depan mikrofon. Ia lebih memilih berdialog langsung, mendengar keluhan, canda, bahkan doa-doa yang disampaikan dengan suara lirih. Dalam satu momen, seorang ibu paruh baya dari Kaliorang sumringah setelah diberi kesempatan berswafoto.
“Bapak ini beda. Tidak banyak bicara, tapi dekat. Seperti keluarga,” ujarnya seraya berterima kasih kepada pemimpin nomor satu di Pemkab Kutim tersebut.
Kehadiran ribuan warga ini bukan hanya soal perayaan lebaran. Ia adalah refleksi dari bagaimana relasi sosial-politik dibangun bukan dengan janji, tapi dengan kehadiran. Di tengah polarisasi politik dan kecurigaan terhadap pemimpin, Kutim menyajikan narasi yang berbeda tentang rumah yang terbuka, tentang pemimpin yang menyambut, dan tentang rakyat yang datang bukan karena undangan resmi, tapi karena rasa percaya.
Lebaran memang datang setahun sekali. Tapi jika kehangatan dan kedekatan ini bisa terus dirawat, maka Kutim tidak hanya punya Bupati, tapi juga sosok yang hadir sebagai bagian dari keluarga besar warganya. (*/kopi3)