Beranda Kutai Timur Belajar dari Desa Wlahar, Kutai Timur Siapkan Lompatan Baru Pengelolaan Sampah

Belajar dari Desa Wlahar, Kutai Timur Siapkan Lompatan Baru Pengelolaan Sampah

512 views
0

Wakil Bupati Kutim Mahyunadi saat meninjau TPST BLE Banyumas. Foto: Irfan/Pro Kutim

BANYUMAS — Di tengah deru perubahan iklim dan meningkatnya tantangan lingkungan, pengelolaan sampah menjadi isu krusial yang tak bisa ditunda. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim) mengambil langkah nyata dengan menimba ilmu langsung ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (15/4/2025).

Kunjungan kerja ini dipimpin Wakil Bupati Kutim Mahyunadi, didampingi Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim Dewi Dohi. Rombongan disambut hangat oleh Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, beserta Kepala DLH Banyumas Widodo Sugiri, dan jajarannya.

Apa yang mereka saksikan di sana bukan sekadar fasilitas pengolahan sampah. Mahyunadi menyebut kunjungan ini sebagai wake-up call bagi Pemkab Kutim.

“Begitu saya sampai di sini, saya langsung merasakan perbedaan. Selama ini kita mengira pengelolaan sampah selalu identik dengan tempat yang kotor, tapi ternyata di Banyumas ini tempatnya cukup bersih dan teratur,” ujarnya saat berbincang dengan tim Pro Kutim.

TPST BLE Wlahar Wetan memang bukan TPST biasa. Fasilitasnya dirancang modern dan edukatif. Tidak hanya memproses sampah dari hulu ke hilir, tetapi juga menjadi tempat pembelajaran masyarakat mengenai pentingnya daur ulang, pengurangan limbah rumah tangga, hingga pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Mahyunadi secara gamblang mengakui bahwa kondisi pengelolaan sampah di Kutim masih jauh tertinggal.

“Selama ini kita merasa sudah berusaha, tapi setelah melihat Banyumas, ternyata kita belum punya apa-apa. Karena itu kami tidak ingin mengulangi kesalahan dengan coba-coba. Kami ingin belajar dari yang sudah ahli,” tegasnya.

Lebih dari sekadar studi banding, kunjungan ini menjadi upaya strategis. Pemkab Kutim menggali informasi detail mengenai teknologi alat, skema organisasi pengelola, hingga metode edukasi masyarakat yang telah diterapkan di Banyumas. Targetnya jelas, membawa pulang bukan hanya inspirasi, tapi juga sistem kerja yang terbukti efektif.

Meski pengembangan infrastruktur TPST modern di Kutim belum bisa direalisasikan pada tahun anggaran ini, Pemkab Kutim memastikan perencanaan segera dimulai. Tahun 2026 diharapkan menjadi tonggak pembangunan sistem pengelolaan sampah yang lebih profesional dan berkelanjutan.

“Kita akan ikuti contoh Banyumas. Tahun ini mungkin belum bisa terlaksana, tapi tahun depan insyaallah akan mulai dibangun. Kita ingin Kutim bersih, bahkan bisa raih Adipura,” ujar Mahyunadi optimistis.

Sebagai bentuk solidaritas antardaerah, DLH Banyumas menyatakan siap mendampingi Kutim, baik melalui kunjungan langsung maupun koordinasi virtual. Pendampingan ini dianggap penting agar implementasi sistem tidak berhenti pada dokumen perencanaan semata.

Widodo Sugiri dari DLH Banyumas menegaskan bahwa kolaborasi lintas wilayah sangat dibutuhkan dalam mewujudkan Indonesia yang lebih bersih.

“Sampah itu masalah semua daerah. Kalau satu daerah bisa jadi contoh, kenapa tidak dibagi ilmunya,” ujarnya.

Salah satu dampak paling penting dari kunjungan ini adalah perubahan pola pikir. Di Kutim, pengelolaan sampah masih kerap dipandang sebagai sektor kelas dua, kurang strategis, dan tidak menarik. Namun, pengalaman melihat langsung TPST BLE yang bersih, tertata, dan produktif membuka mata bahwa pengelolaan sampah adalah pilar penting pembangunan berkelanjutan.

Sebagaimana ditunjukkan Banyumas, pengelolaan sampah bukan hanya urusan teknis, melainkan juga persoalan edukasi, tata kelola, dan partisipasi publik. Inilah yang ingin dibawa pulang Mahyunadi dan tim ke Kutim.

Kunjungan ini mungkin hanya satu hari, tapi dampaknya bisa menjangkau masa depan. Di tengah kesadaran nasional tentang pentingnya pengelolaan lingkungan, apa yang dilakukan Kutim dan Banyumas menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi bisa memicu perubahan.

Banyumas memberi inspirasi, Kutim menyiapkan aksi. Jika semua daerah memiliki semangat yang sama, maka impian Indonesia yang bersih dan sehat bukanlah utopia. (kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini