Suasana pertemuan jajaran Pemkab Kutim dengan manajemen PT Kobexindo Cement di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon. (foto Hasyim Pro Kutim)
BENGALON- Sebelum mengikuti kegiatan Pelas Laut Adat Kutai di Sekerat, Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman didampingi Wabup H Kasmidi Bulang melakukan peninjauan aktivitas operasional PT Kobexindo Cement, Minggu (17/7/2022). Di kantor manajemen perusahaan, rombongan kunjungan kerja Bupati Kutim disambut General Manajer PT Kobexindo Cement Mr Lai Weipeng, Asisten GM Mr Xie Yerong serta Vice President External Relations and Public Affair Badrun.
Dihadapan Bupati, Wabup, Danlanan Sangatta Letkol Laut (P) Shodikin, Anggota DPRD Kutim Asmawardi dan pejabat lingkup Pemkab, pihak perusahaan melalui Asisten GM Mr Xie Yerong Asisten menjelaskan tentang kondisi terkini progres perusahaan. Didampingi penerjemah, Xie Yerong memaparkan bahwa perusahaan yang tergabung dalam Hongshi Holding tersebut memiliki rencana produksi semen hingga 8 juta ton per tahun.
“Operasional yang dijalankan merupakan bentuk kerja sama dua negara. Rencana produksi per tahun 8 juta ton, tapi melalui dua perencanaan. Rencana tahap pertama 4 juta ton. Persiapan produksi akan rampung tahun depan bulan 5 atau 6, sambil melihat perencanaan selanjutnya,” jelasnya.

Saat ini pihak perusahaan telah mengerjakan konstruksi awal dan sedang melanjutkan konstruksi menengah. Untuk konstruksi bangunan sudah mencapai 50 persen. Alat produksi semen juga telah siap dipasang. Mengenai rencana tersebut, apabila terjadi perubahan jadwal, maka Pemkab Kutim akan diinformasikan kembali.
Menanggapi presentasi pihak Kobexindo, Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman menyebut pabrik semen termasuk kegiatan beresiko di daerah ini. Karena berdekatan di kawasan kars yang menjadi sumber air bersih masyarakat. Namun dia yakin AMDAL (analisa mengenai dampak lingkungan) yang disusun sudah sesuai prosedur dan aturan yang ada. Intinya Ardiansyah meminta sumber air baku tak diganggu. Artinya yang dilakukan oleh perusahaan tak boleh hanya investasi tapi juga lingkungan tetap terjaga.
“Salah satu wilayah sumber air bagi kehidupan Sangkulirang, Bengalon, Kaliorang dan sekitarnya. Sumber daya air yang berkontribusi besar terhadap keberlangsungan masyarakat. Izin memang sudah diberikan, oleh karena itu, maka kebutuhan masyarakat sekitar, terutama sumber air mesti dijaga,” pintanya.
Ardiansyah tak menginginkan dikemudian hari ada persoalan menyangkut sumber air bersih alami untuk masyarakat. Dia mengakui secara agregat investasi ini merupakan program mercusuar. Artinya Kutim memiliki investasi terbesar di Kaltim. Bupati mengingatkan agar pihak perusahaan jangan hanya melihat agregat investasi. Tetapi benar-benar meningkatkan ekonomi secara nasional dan perekonomi masyarakat.

“Salah satu yang diharapkan pengaruhnya, multiflier effect wajib ada untuk masyarakat di ring 1 atau 2 perusahaan. (Perusahaan) Mampu menunjukkan pengaruh ekonomi bagi masyarakat sekitar,” jelas Bupati.
Sedikit mengisahkan sejarah warga Tionghoa tahun 1940-an, mereka melebur bersama warga menghidupkan perekonomian. Nah, harapannya sekarang apakah tetap berinteraksi dengan masyarakat atau tidak. Selain itu Ardiansyah meminta agar regulasi mengenai naker asing benar-benar diterapkan. Sehingga tak ada gesekan dengan naker lokal.
Menjawab apa yang disampaikan Bupati, Asisten GM Mr Xie Yerong mengapresiasi dan berterima kasih. Dia menegaskan bahwa pihak perusahaan akan fokus membantu usaha kecil sekitar agar investasi berjalan harmonis. Kemudian memperbaiki hubungan dengan para pihak terkait. Termasuk untuk program corporate social responsibility untuk pembangunan infrastruktur jalan, kesehatan dan pendidikan.
“Tenaga kerja asing akan tertib administrasi dan berhati-hati. Kami berharap warga Tionghoa yang ada sekarang bisa lebih baik lagi dalam meningkatkan perekonomian,” harapnya.
Vice President External Relations and Public Affair Badrun menambahkan, dia saat ini mengemban tugas menjadi fasilitator antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Dia telah menjelaskan bahwa Indonesia berbeda dengan Cina. Mulai dari regulasi dan kultur budaya serta lainnya.
“Jika tak bisa beradaptasi maka akan terjadi miskomunikasi. Kami terus membenahi program CSR, menyusun, merencanakan dan mengevaluasi,” jelasnya.
Saat ini di Kobexindo terdapat 40 naker Cina dan 150 dari Indonesia. Belum termasuk perusahaan kontraktor yang telah memberdayakan 120 naker Cina dan 800 warga negara Indonesia. Secara berkala terus dievaluasi oleh tim audit dan dilaporkan kepada Disnakertrans.

Sebelum menutup pertemuan, General Manajer PT Kobexindo Cement Mr Lai Weipeng menegaskan bahwa pihaknya merasa terhormat menerima kunjungan Bupati Kutim dan rombongan. Selanjutnya menjelaskan kembali komitmen perusahaan yang fokus melestarikan sumber daya alam yang ada. Meminimalisir dampak lingkungan.
“Proyek (investasi perusahaan semen ini) besar, maka diharapkan berdampak pada kemajuan perekonomian Indonesia. Investor Cina banyak datang ke Indonesia, diharapkan bisa membantu promosi pengelolaan sumber daya alam bersama,” tutupnya sambil menyampaikan undangan agar suatu hari jajaran Pemkab Kutim bisa melihat aktivitas induk perusahaan di Cina. (kopi3)