SANGATTA- Meski jauh dirantau orang dan telah menjadi warga Kabupaten Kutai Timur (Kutim) sejak lama, bukan berarti masyarakat asal Trenggalek melupakan kampung halamannya. Untuk mempererat silaturahim sesama warga Trenggalek, Ikatan Sedulur Trenggalek (IST) Koordinator Wilayah (Korwil) Kutim menggelar acara syukuran Peringatan Hari Jadi ke 828 Kota Trenggalek. Meski sejatinya Milad Kota Trenggalek diperingati setiap 31 Agustus. Kegiatan yang dipadu dengan Santunan IST Peduli ini digelar di Lapangan Porodisa, RT 05, Kabo Jaya, Sabtu, (3/9/2022)
Spesialnya lagi, acara dimaksud turut dihadiri Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman. Bupati datang bersama istri Ny Hj Siti Robiah. Selain itu ada pula Kadistan Kutim Dyah Ratnaningrum yang asli Trenggalek, tokoh masyarakat serta undangan lainnya. Meski sederhana, namun acara syukuran itu nampak penuh makna. Karena selain menjadi ajang bertukar cerita setelaj lama tak bersua, pagelaran seni budaya khas Trenggalek menjadi obat rindu ratusan warga.

Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman bersyukur karena warga perantau, termasuk masyarakat Trenggalek yang bermukim di Kutim bisa hidup rukun berdampingan dengan warga lainnya. Tentunya hal ini berdampak positif bagi progres pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim.
“Lingkungan masyarakat yang kondusif sangat menunjang pelaksanaan pembangunan. Pastinya warga Trenggalek sudah benar-benar menyatu dengan masyarakat asli Kalimantan. Hingga akhirnya bisa hidup damai bersama,” kata Ardiansyah di acara yang dimulai bakda Isya tersebut.
Menyempurnakan pribahasa “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”. Saling menghormati dan bersama-sama ikut berkontribusi dalam pembangunan daerah. Menjadikan Kutim sempurna layaknya miniatur Indonesia. Karena ragam adat istiadat dan budaya, dari berbagai suku di nusantara.

Ketua IST Korwil Kutim Cahyo Wibowo menjelaskan, Ikatan Sedulur Trenggalek, merupakan komunitas sosial warga Trenggalek bersifat independen, mandiri dan memiliki tujuan sosial. Kegiatan awal berdirinya komunitas IST ini hanya sekadar acara kumpul kumpul sesama warga sekampung halaman. Namun seiring bertambahnya anggota, tercetus ide untuk melakukan kegiatan sosial untuk keluarga kurang mampu atau yang membutuhkan.
“Ikatan Sedulur Trenggakek fokus untuk menjadikan komunitas sebagai paguyuban sosial,” sebutnya
Komunitas IST tidak hanya membantu dalam bentuk sumbangan kepada warga miskin semata tapi juga ikut berperan menjadi kontrol sosial. Namun demikian, sebagai masyarakat Kutim, warga Trenggalek di bawah IST sudah barang tentu terus berupaya berkontribusi untuk menyukseskan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemkab.
Perlu diketahui, pertama kali anggota IST datang dari lingkup lokal Trenggalek, namun lama kelamaan mengembangkan sayap ke luar kota bahkan ke luar negeri. IST telah berdiri mulai 2O12 di Kabupaten Trenggalek. Berawal dari acara kopi darat netizen grup facebook Info Seputar Trenggalek. Lama kelamaan, ternyata jiwa peduli sosial di Kabupaten Trenggalek semakin bertambah pesat, hingga akhirnya IST membuat Korwil/kordinator wilayah. Beranggotakan orang-orang Trenggalek yang saat ini bekerja atau berdomisli di luar kota atau luar negeri dan memiliki kepedulian terhadap kampung halaman.
Untuk korwil lokal Trenggalek ada Pogalan, Gandusari, Kampak, Munjungan, Durenan. Bendungan, Tugu, Karangan, Suruh, Dongko, Panggul, Pule dan Watulimo. Selanjutnya untuk Korwil Luar Kota ada Malang, Surabaya, Sidorajo, Gresik, Kediri, Bali, Jabodetabuk, Samarinda, Banjarmasin, Ambon serta Kutim. Sedangkan Korwil Luar Negeri ada IST Korwil Hongkong, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam serta Singapura. (kopi3)