Beranda Kutai Timur Cerita Haru di Balik Seragam Baru – TK2D Kutim Jadi PPPK, Menuju...

Cerita Haru di Balik Seragam Baru – TK2D Kutim Jadi PPPK, Menuju Ekonomi Sejahtera

2,825 views
0

SANGATTA – Langit biru Sangatta memayungi Gelanggang Olahraga (GOR) Kudungga dengan rona cerah pada Rabu, 16 April 2025 pagi. Ribuan wajah menyemut, menyaksikan langsung peristiwa yang tak hanya bersejarah bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim), tetapi juga monumental bagi 3.703 tenaga honorer atau di kabupaten “Tuah Bumi Untung Benua” familiar disebut Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D) yang kini sah menyandang status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman, berdiri di depan, bersuara lantang memimpin prosesi pengambilan sumpah jabatan para abdi negara baru ini. Tepuk tangan menggema, ribuan pasang mata berkaca-kaca. Bukan hanya karena upacara resmi itu penuh khidmat, tapi karena di balik sorak-sorai, ada cerita panjang tentang pengabdian, kesabaran, dan keyakinan.

Bupati menegaskan, pengangkatan massal ini adalah bentuk komitmen kuat untuk menuntaskan nasib para TK2D di Kutim yang selama belasan tahun mengabdi tanpa kepastian.

“Saya hanya ingin melihat Kutim punya ASN yang murni dari pengabdian. Mereka bukan datang karena rekrutmen semalam, tapi karena telah bertahun-tahun berjuang di medan pengabdian masing-masing,” ucapnya disambut gemuruh tepuk tangan.

Namun bukan hanya seremoni yang menggetarkan hati, melainkan kesaksian para PPPK sendiri. Cerita mereka adalah kisah dari barisan terdepan pelayanan publik yang selama ini nyaris luput dari sorotan.

Sejumlah PPPK berbagi kisah dengan mata berkaca-kaca. Salah satunya, Rachmayanti, yang telah 14 tahun 9 bulan bekerja di Bagian Umum Sekretariat Kabupaten (Setkab) Kutim. “Bersyukur atas pencapaian saat ini,” katanya singkat namun penuh makna. Harapannya sederhana tapi penting, “Semoga ada kebijakan agar PPPK 2025 mendapatkan jaminan hari tua atau pensiun.”

Tafsiyah bahkan mencatatkan masa bakti lebih dari 18 tahun, dengan tiga tahun honor magang dan 15 tahun sebagai TK2D. Ia berpindah-pindah dari Dinas Pariwisata, Dispora, hingga kini di Setkab. “Sangat bersyukur dan berterima kasih pertama sama diri sendiri, karena sudah bertahan sabar dalam penantian panjang menuju status ASN,” ucapnya. Harapannya, ia bisa lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas kerja.

Shyella, yang sudah 7 tahun 6 bulan mengabdi, hanya berkata, “Alhamdulillah, setelah penantian lama, terlantik juga kami para honorer ini.” Sementara Fadliansyah yang sudah 12 tahun menjadi TK2D berkata lirih, “Alhamdulillah, semoga bisa menjalankan tugas sesuai tupoksi dan membawa dampak positif bagi Kutai Timur.”

Kebahagiaan yang sama juga dirasakan Rani Wana Lestari, 14 tahun di Kantor Bupati Kutim. “Alhamdulillah, sampai juga rezekinya. Semoga bisa menjadi ASN yang gemilang.”

Beberapa PPPK mengakui bahwa hari pelantikan adalah klimaks dari perjuangan sunyi bertahun-tahun. Seperti Wak Hedir, 15 tahun mengabdi di Humas dan Diskominfo Staper, ia bahkan mengatakan nama Bupati dan BKPSDM yang disebutnya turut memperjuangkan mereka. “Terima kasih kepada Bupati dan BKPSDM. Saya sangat bersyukur dan terharu,” ucapnya.

Maulana Saleh dari Protokol Komunikasi Pimpinan berkata, “Alhamdulillah, ada pencerahan masa depan yang lebih baik.” Lalu Ian Rezki Hartawan Anwar, yang sudah 12 tahun di Bagian Umum Setkab, menyebut bahwa kelulusan ini bukan sekadar capaian pribadi. “Ini tanggung jawab besar untuk pelayanan masyarakat,” ujarnya penuh semangat.

Wiki Agus Tri Handoko menyampaikan rasa bangganya. “Ini hasil dari perjuangan panjang, doa, dan dukungan keluarga. Harapannya, bisa memberi kontribusi nyata bagi Kutim.”

Dari sektor kesehatan, Sitti Aminah Jamaluddin, menyampaikan pesan panjang yang menyentuh. Setelah 13 tahun di Dinas Kesehatan, ia menganggap pengangkatan ini sebagai penghargaan atas dedikasi dan komitmen para tenaga non-ASN. Ia berharap PPPK mendapat kesetaraan dan keadilan sebagaimana PNS, termasuk jaminan pensiun dan peluang mutasi.

Berikutnya ada Bambang dari Satpol PP menyampaikan harapan penyesuaian ijazah. “Ijazah S1 saya belum terpakai, masih pakai ijazah SMA,” katanya.

Di dunia pendidikan, Nanin Yudia Ningsih, dari SDN 005 Muara Bengkal berharap status PPPK tak lagi perlu diperpanjang lima tahunan. Begitu pula Nur dari SDN 007 Sangatta Utara, yang menginginkan jalur pengembangan diri lebih luas. “Saya berharap dapat menjadi guru yang baik dan terus berkontribusi mencerdaskan generasi bangsa.” Selain itu ada Iqtizad, sebelumnya 13 tahun di DPMPTSP lalu menjadi guru di SDN 014 Sangatta Utara, menyatakan bahwa meskipun statusnya kontrak, dia bersyukur status kini lebih jelas.

Kisah-kisah serupa juga datang dari berbagai instansi. Augustia Putri Amijaya dari Sekretariat DPRD yang singkat berkata, “Senang sekali.” Hediana Nur Rahmah dari Diskominfo Staper menyampaikan harapan sederhana, “Semoga pekerjaan ke depan bisa dijalankan dengan baik.”

Ada pula dr Bertvi Mayda Putri Andayani, dokter muda dari RSUD Kudungga menyebut bahwa PPPK memiliki keuntungan, namun juga tantangan. “Perlu dipertimbangkan bahwa PPPK tak punya jaminan pensiun,” ujarnya. Ia hanya berharap difasilitasi untuk izin belajar seperti PNS.

Ardani dari BPKAD menyampaikan dua sisi dari PPPK. Sisi positif berupa stabilitas dan kontribusi nyata, namun juga sisi negatif tentang keterbatasan karier dan keamanan kerja. “Saya berharap bisa naik jabatan, ikut pelatihan, dan menerima benefit yang layak,” katanya blak-blakan.

Terakhir, Icha, juga dari BPKAD, hanya menutup dengan kalimat penuh rasa syukur, “Bahagia, akhirnya yang ditunggu-tunggu dikabulkan Tuhan.”

Beberapa kalimat dari para PPPK itu mencerminkan satu hal, status PPPK bukan sekadar administratif, melainkan pengakuan terhadap puluhan tahun pengabdian dalam senyap. Dan di penghujung acara pelantikan, suara Siti Nur Azizah dari SMPN 2 Sangatta Utara seolah mewakili harapan semua. “Bahagia dan mendapat motivasi baru yang lebih men-support untuk kerja yang lebih baik dan maksimal.”

Sementara Istiqamah, guru dari SDN 001 Karangan, berkata singkat tapi penuh makna. “Semoga teman-teman yang belum terangkat, bisa secepatnya terangkat juga.”

Pada akhirnya, pelantikan 3.703 PPPK di GOR Kudungga ini bukan hanya soal angka. Ia adalah kisah panjang tentang kepercayaan yang akhirnya ditegakkan, tentang dedikasi yang akhirnya mendapat tempat, dan tentang masa depan yang kini tak lagi suram. Kutim telah menulis sejarahnya sendiri. Dan di balik itu semua, ada nama-nama, wajah-wajah, dan cerita-cerita yang akan terus dikenang sebagai tonggak kebangkitan para abdi negara sejati dari bumi etam. (kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini